- Jumat, 5 Desember 2025
Banjir Dalam Manuskrip Sebagai Catatan Pengalaman Kolektif Masyarakat
Banjir dalam Manuskrip sebagai Catatan Pengalaman Kolektif Masyarakat
Nikicha Myomi Chairanti*–
Banjir telah lama menjadi bagian penting dari sejarah masyarakat Nusantara. Sebagai wilayah tropis dengan curah hujan tinggi dan kondisi geografis rentan, banjir sering terjadi dan meninggalkan jejak dalam ingatan masyarakat. Dalam perspektif sejarah dan budaya, fenomena ini tidak hanya tercatat sebagai kejadian alam tapi juga diabadikan secara detail dalam manuskrip kuno dari berbagai wilayah seperti Aceh, Minangkabau, dan Betawi. Manuskrip tersebut menjadi saksi bisu peristiwa banjir puluhan hingga ratusan tahun lalu serta menyimpan pengetahuan lokal mengenai penanggulangan bencana yang masih relevan sekarang.
Video "Ngariksa 77: Ngobrol Banjir dan Manuskrip" oleh Kang Oman menekankan pentingnya ingatan bersama tentang banjir dalam manuskrip. Ia menyebut naskah-naskah tersebut bukan hanya pencatat sejarah alam, tapi juga sarana menjaga nilai spiritual dan kearifan lokal saat menghadapi bencana. Misalnya, manuskrip Aceh yang ditulis dengan huruf Jawa dalam bahasa Aceh mengungkap pengetahuan banjir yang sudah ada sejak lama. Manuskrip Minangkabau, seperti puisi Nagari Talu Taloe Tarendam yang menceritakan banjir besar 1890, memberikan gambaran pengaruh banjir terhadap masyarakat dan lingkungan. Naskah Betawi mencatat masalah saluran drainase yang menyebabkan banjir berulang di Jakarta sejak abad ke-19.
Catatan pengalaman dalam manuskrip mencakup desa yang tergenang hingga atap rumah, seperti dalam syair Nagari Talu Taloe Tarendam, serta suara banjir bergemuruh dan teriakan permintaan bantuan dalam manuskrip Betawi. Catatan ini menggambarkan dampak sosial dan kehidupan masyarakat yang terdampak secara mendalam.
Tindakan mitigasi dalam manuskrip dan tradisi lokal beragam, antara lain:
- Ritual keagamaan dan doa sebagai permohonan perlindungan, terlihat dalam manuskrip Aceh yang memuat tuntunan spiritual dan doa Rasulullah SAW terkait hujan dan banjir.
- Kearifan fisik berupa arsitektur rumah adat, seperti Rumah Gadang Minangkabau yang tahan gempa dan banjir.
- Pelestarian sistem drainase dan menjaga kebersihan lingkungan, tercatat dalam manuskrip dan tradisi Betawi sebagai tindakan preventif.
- Ritual adat tolak bala dan ziarah ke makam ulama untuk penguatan solidaritas dan usaha tradisional mengusir bencana.
- Pelestarian manuskrip dan digitalisasi oleh komunitas pesantren dan masyarakat sebagai strategi menjaga pengetahuan bencana agar dipelajari generasi mendatang.
Pelestarian naskah menjadi tanggung jawab bersama, melibatkan pemerintah, masyarakat, dan organisasi keagamaan. Contohnya, Nahdlatul Turus aktif merawat dan mendigitalisasi naskah agar tetap dapat diakses generasi mendatang. Di sisi lain, banjir terus terjadi menimbulkan tragedi kemanusiaan nyata, seperti meninggalnya siswa MTsN 19 Pondok Labu dan ribuan pengungsi di Aceh Utara. Ini menunjukkan bahwa ingatan kolektif dalam naskah harus dijadikan pelajaran untuk mengembangkan mitigasi bencana yang efektif dan berkelanjutan.
Di Sumatera Barat, sebagaimana diuraikan dalam buku "Mitigasi Bencana Alam di Sumatera Barat" karya tim penulis: Pramono dkk., naskah dan tradisi keagamaan memegang peranan penting dalam pengurangan risiko bencana. Dokumen kuno yang memuat gempa dan catatan banjir, seperti puisi Nagari Talu Taloe Tarendam, tidak sekadar mendokumentasikan fenomena alam tetapi juga aspek spiritual dan tradisi lokal. Ulama dan pemimpin adat dipercaya sebagai penghubung doa dan pelindung umat serta pemandu spiritual yang memperkuat kebersamaan. Strategi mitigasi lokal menggabungkan praktik keagamaan seperti ratik tolak bala dan kunjungan ke makam ulama dengan pelestarian budaya serta ilmu pengetahuan modern. Peran Kementerian Agama dalam pelestarian naskah dan dukungan bagi korban menjadi elemen krusial dalam kerjasama lintas sektor untuk memperkuat ketahanan masyarakat di Sumatera Barat.
Buku "Khazanah Minangkabau" karya Pramono memperkuat pemahaman ini dengan contoh nyata banjir besar di Talu abad ke-19 yang tercatat dalam puisi dan naskah lokal. Catatan ini menyajikan kronologi bencana sekaligus refleksi sosial budaya komunitas terdampak serta kebijaksanaan lokal dalam menghadapi situasi tersebut. Manuskrip semacam ini menjadi penghubung antara sejarah, kultur, dan taktik pengurangan risiko bencana yang perlu terus ditelaah dan diterapkan.
Secara keseluruhan, naskah kuno Nusantara tentang banjir merupakan sumber informasi berharga yang mencakup sejarah, budaya, sosial, dan spiritual. Strategi utama melestarikan pengetahuan ini adalah integrasi pengelolaan konservasi, digitalisasi, penelitian ilmiah, dan partisipasi masyarakat. Ingatan kolektif mengenai banjir dalam naskah harus dimanfaatkan bukan hanya sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai panduan mitigasi bencana yang relevan dan berkelanjutan. Pendekatan komprehensif yang menggabungkan kebijakan lokal, pengetahuan modern, dan nilai spiritual kunci untuk mengurangi dampak banjir serta melindungi masyarakat Nusantara di masa depan.
*Mahasiswa Sastra Indonesia – Universitas Andalas
Tag :#Opini #Didaktika #Minangsatu
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
PENERAPAN AKUNTANSI MANAJEMEN PADA FURNITURE BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
-
BERMULA DARI LUHAK KE NEGERI ORANG MEMAKNAI SUMPAH PEMUDA ALA PERANTAU MINANGKABAU
-
PELATIHAN KETERAMPILAN SOLID HAIRCUT, SULAM DAN PEMBUATAN CREATIVE DIGITAL PORTFOLIO SEBAGAI UPAYA PEMBINAAN YOUNG TALENTPRENEUR PADA KELOMPOK KESETARAAN PAKET C DI NAGARI SUNGAI KAMUNYANG KABUPATEN 5
-
BERMULA DARI KIAS “KUSUIK SALASAI KARUAH JANIAH” HINGGA BEBERAPA BENTUK TURUNANNYA
-
KIASAN “SENI BERBAHASA HALUS DAN SYARAT MAKNA”
-
CHERRY CHILD FOUNDATION BERSAMA BERBAGAI KOMUNITAS SALURKAN BANTUAN KE WILAYAH TERDAMPAK BANJIR BANDANG DI PADANG
-
MENANAM POHON, MENUAI KESELAMATAN: KONSERVASI LAHAN KRITIS UNTUK KETAHANAN HIDUP KOMUNITAS.
-
MUSIBAH
-
KEMANA BUPATI TAPSEL
-
BANJIR DALAM MANUSKRIP SEBAGAI CATATAN PENGALAMAN KOLEKTIF MASYARAKAT